Total Tayangan Halaman

Sabtu, 26 Maret 2011

Muhammad Amin Didi, Bapak Bangsa Maladewa

Ada yang tahu tidak Negara Maladewa? Kalau sudah tahu Alhamdulillah. Tapi bila belum, buka atlas (kalo gak punya beli ato minjem). Lalu buka peta Asia Selatan. Cari Negara Maladewa. Bila ingin tau banyak tentang Maladewa, cari sendiri.
Seperti kebanyakan negara lain, negara yang terkecil di Asia inipun juga mempunyai seorang bapak bangsa atau seorang yang dihormati dan dikagumi karena jasa - jasanya terhadap negara. Dan orang ini adalah Presiden pertama Maladewa, Muhammad Amin Didi
Muhammad Amin Didi
Al Amir Muhammad Amin Dhoshimeynaa Kilegefaanu (Juli 1910 - 19 Januari 1954) atau dikenal sebagai Muhammad Amin Didi adalah Presiden Maladewa pertama antara 1 Januari - 21 Agustus 1953 (Sebelumnya Maladewa berbentuk Kesultanan). Selain itu dia juaga merupakan Kepala Sekolah Majeediya, sebuah sekolah di Maladewa, antara 1946 - 1953. Selain itu dia juga pemimpin partai politik pertama di Maladewa, Partai Muthagaddim Rayyithunge (Partai Progresif Rakyat). Dia dikenal atas usahanya dalam memajukan pendidikan dan perempuan di Maladewa.
Amin dilahirkan di Athireege, Maladewa pada tahun 1910 dari pasangan Athireegey Kilegefaan Dhoshimeynaa Ahmad dan Roanugey Aisath Didi. Dia masih mempunyai hubungan darah dengan keluarga Kesultanan Maladewa dari ayahnya. Tahun 1920 Amin pergi ke Celyon (sekarang Sri Lanka) dan bersekolah di St Joseph Collage. Lalu tahun 1928 dia meneruskan sekolahnya ke India. Tahun 1929 dia kembali ke Maladewa.
Setelah kembali, Amin pun memegang beberapa jabatan seperti petugas kepala adat, Kepala Kantor Pos Maladewa, Menteri Perdagangan, dan anggota parlemen.
Setelah kematian Sultan Fareed Didi dan putranya Pangeran Hasan Fareed Didi, anggota parlemen kemudian memilih Amin menjadi Sultan Maladewa. Tapi dia berdiri dan berteriak "Demi rakyat Maladewa, saya tidak akan menerima mahkota dan tahta". Lalu referendum diselenggarakan apakah Maladewa akan menjadi republik atau kerajaan. Dan akhirnya rakyat menghendaki republik. Dan Amin pun menjadi preisdennya.
Akan tetapi Republik ini berumur pendek. Beberapa bulan setelah proklamasi republik, terjadi sebuah revolusi di Male, ibukota Maladewa. Saat itu Presiden Amin sedang menjalani pengobatan di Ceylon.
Para revolusioner lalu mengangkat Wakil Presiden Ibrahim Muhammad Didi menjadi Pjs Presiden. Lalu Amin kembali ke Maladewa dan tidak mengetahui apa yang sedang terjadi. Demi keamanan dirinya, Amin untuk sementara tinggal di Dhoonidhoo.
Empat bulan di Dhoonidhoo, lalu terdapat sebuah rencana antar Amin dan Ibrahim Hilmy Didi untuk mengakhiri pemerintahan revolusioner ini dan mengembalikan monarki dengan Ibrahim sebagai raja dan Amin sebagai Perdana Menteri. Lalu pada suatu malam Amin kembali ke Male untuk mengambil alih badeyrige. Tapi orang - oarng begitu arah sehingga di hampir dipukuli sampai mati. Lalu di dilempar kesebuah perahu kecil.
Kemudian sekelompok orang yang mendukung Amin sebagi pemimpin dibawa ke pengadilan, termasuk Amin sendiri. Kemudian Amin dijatuhi hukuman pembuangan seumur hidup dan dia dibuang ke K. Gaafaru.
Karena kesehatannya semakin menurun, Amin dibawa ke Pulau Vihamanaa Fushi. Dan akhirnya tanggal 19 Januari, 1954 seorang pemimpin yang berusaha melakukan modernisasi di Maladewa itu meninggal dunia. Jenazahnya dimakamakan dalam sebuah pemakaman kecil di Vihamanaa Fushi. Setelah meninggal, Maladewa diubah kembali menjadi monarki. Tapi pada tahun 1968 Maladewa dikebalikan lagi menjadi republik sampai sekarang
Amin mempunyai seorang istri bernama Fatimah Saeedh dan sorang putri bernama Aminah Amin. Salah satu cucunya, Amin Faisal kini menjadi Menteri Pertahanan dan Kemanan Maladewa.
Muhammad Amin Didi kini tetap dihormati oleh rakyat Maladewa karena dia berusaha menegakkan demokrasi di negara kepulauan tersebut
  

Bendera Libya sebelum tahun 1977

Berikut adalah bendera - bendera Libya sebelum diganti pada tahun 1977
Bendera Kerjaan Libya (1951 - 1969)
 
Bendera Republik Arab Libya (1969 - 1972) 

Bendera Republik Arab Libya saat tergabung dalam Federasi Republik - Republik Arab (1972 - 1977)


Buku Hijau

Buku Hijau (Bahasa Arab: Al - Kitab Al - Ahdar) adalah sebuah buku mengenai filsafat politik dari Pemimpin Libya, Muammar Al Qaddafi. Buku ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1975 dan menjadi bacaan wajib rakyat Libya. Bahkan, buku ini malah dijadikan Konstitusi Libya menggantikan Konstitusi sebelumnya. Buku ini seperti buku  Kutipan Perrnyataan Mao Zedong (atau disebut juga Buku Merah Kecil) yang diterbitkan di Cina antara tahun 1964 - 1976. Buku ini menyebabkan skandal di tahun 1987 tatkala Klub Hoki es Jerman Barat, ECD Iserlohn mentandantangani kesepakatan periklanan buku ini. Kini Buku Hijau sudah diterbitkan dala beberapa bahasa.
Isi
Buku ini terdiri dari 110 halaman dengan kurang lebih 200 kata per halamannya. Buku ini terdiri dari tiga bagian yaitu:
1. Solusi Permasalahan Demokrasi: Kekuasaan Rakyat (diterbitkan akhir 1975)
2. Solusi Perasalahan Ekonomi: Sosialisme (diterbitkan awal 1977)
3. Basis Sosial dai Teori Internasional Ketiga (diterbitkan pada September, 1981)
Buku ini menjadi kontroversial karena isinya menentang Demokrasi Liberal, Kebebasan Pers, dan Kapitalisme.
Pengaruh 
Menurut penulis dan mantan anggota parlemen dari Inggris, George Tremlett, anak - anak di Libya menghabiskan dua jam dalam seminggu untuk mempelajari buku ini sebagai bagian dari kurikulum. Lalu buku ini ditayangkan setiap hari dai TV dan radio. lalu slogan - slogan yang terdapat di buku ini ditulis di bilboard atau di bangunan - bangunan di Libya. Di tahun 1993 diadakan seminar dan kuliah tentang buku ini di berbagai negara seperti Prancis, Eropa Timur, Kolobia, dan Venezuela.


Idris dari Libya, Raja yang Digulingkan Qaddafi

Sekarang bila kita lihat berita - berita di luar negeri, pasti ada dua berita yang sedang hangat - hangatnya dibicarakan. Dua berita itu adalah gempa dan tsunami di Jepang dan yang kedua krisis di Libya.
Krisis di Libya disebabkan oleh angin revolusi yang berasal dari Mesir dan Tunisia. Kedua negara tersebut telah berhasil menumbangkan pemimpin mereka yang diktator. Dan angin revolusi pun terbawa ke negara yang dipimpin oleh Muammar Al - Qaddafi yang diktator dan nyentrik itu.
Seperti diktator pada umumnya yang mengambil kekuasaan dengan cara konstitusional, Qaddafi -yang sudah berkuasa selama 42 tahun sejak 1969 - pun mengambil kekuasaan dengan menggulingkan pemimpin sebelumnya. Pemimpin Libya tersebuat tiada lain adalah Raja Idris.
Idris yang bernama asli Sayyid Muhamad Idris bin Muhammad Al - Mahdi As - Sannusi (12 Maret 1889 - 25 Mei 1983) adalah Raja Libya yang pertama sekaligus satu - satunya yang memerintah dari tahun 1951 - 1969. Selain itu dia juga Kepala Order Sannusi, sebuah Sekte keagamaan di Libya
Awal Kehidupan
Idris dilahirkan di Al - Jaghbub, Libya dari pasangan Sayyid Muhammad Al - Mahdi dan istri kelimanya, Aisyah Binti Ahmad As - Syrte. Idris adalah cucu dari Sayyid Muhammad bin Ali As - Sannusi, pendiri Order Sannusi. Idris menjadi kepala Sannusi pada tahun 1916 yang menggantikan sepupunya, Sayyid Sharif Ahmad As - Sannusi. Idris menjadi Emir di wilayah Cyirenaica pada tahun 1920 dan diakui oleh Inggris dan Italia . Tahun 1922 dia juga menjadi Emir di wilayah Tripolitania.
Dia awal pemerintahannya Idris berusaha bernegosiasi soal kemerdekaan Cyirenaica. Ketika Italia memulai penjajahan atas Libya tahun 1922, Idris memimpin pasukan Sannusi bergerilya melawan Italia.
Saat terjadi Perang Dunia 2, Idris mendukung Inggris dan memimpin para pemberontak untuk berjuang bersama Sekutu melawan Jerman dan Italia di Libya. Menyusul kekalahan Jerman dan Italia pada tahun 1943 di Afrika Utara, Idris lalu pergi ke Benghazi dan menjadi Emir Cyirenaica kembali.
Raja Libya
Pasca Perang Dunia 2, untuk sementara waktu Libya dibawah pendudukan sekutu Lalu dengan dukungan Inggris, Idris memproklamirkan Emirat Cyirenaica pada tahun 1949. Selain itu dia juga menjadi Eir Tripolitania. Idris lalu berusaha menyatukan Cyirenaica, Tripolitania, dan Fezzan menjadi satu negara Libya. Lalu Konstitusi pun dibuat pada tahun 1949 dan diadopsi pada bulan Oktober 1951. Kongres Nasional pun terbentuk dan memilih Idris sebagai Raja Libay. Tanggal 24 Desember, 1951 Raja Idris memproklamirkan kemerdekaan Kerajaan Libya.
 Bendera Kerajaan Libya, Bendera ini juga digunakan untuk peberontak anti Qaddafi.
Pada masanya sebagai raja dia menjalin hubungan dengan Amerika Serikat dan Inggris. Dia juga menjaga hubungan baik dengan negara tetangganya, Mesir. Dimasanya juga ekonomi Libya terbilang makmur. Tanggal 26 Oktober 1956 Idris mengangkat keponakannya, Hasan As - Sannusi sebagai putra mahkota
Kudeta 1969, Akhir dari kekuasaannya
 Foto Raja Idris yang dijadikan cover majalah Al Iza'a, 1965

Kesehatan Raja Idris mulai berkurang seiring usianya yang bertambah. Lalu tanggal 4 Agustus 1969 untuk sementara waktu Idris melepaskan tahtanya dan diserahkan kepada Putra Mahkota Hasan As - Sannusi. 
Tanggal 1 September, 1969 tatkala Idris berada di Turki untuk menjalani pengobatan, sekelopok perwira tentara dipimpin Muammar Al - Qaddafi melakukan kudeta tak berdarah. Monarki kemudian dihapus dan diproklamirkan republik. Idris terkejut akan kudeta ini. Bersama permaisurinya Ratu Fatima, Idris pergi Kamena Vourla, Yunani dan pergi Mesir dengan menggunakan kapal tanpa pernah kembali ke Libya. Idris meninggal di Istana Sulatan di Dokki, Kairo pada tanggal 25 ei 1983 dalam usia 94 tahun dan dimakamkan di Pemakaman Baqi, Madinah
Idris dan Krisis Libya 2011
 Seorang demonstran yang mebawa potret Raja Idris
Meskipun Idris meninggal buakn di Libya dan banyak rakyat Libya yang lahir setelah kudeta 1969, tapi saat terjadi krisis Libya, banyak demonstran anti Qaddafi mengusung bendera Kerajaan Libya dan potret Raja Idris.